Sejuk.id – Di tahun 2013 data bank dunia (World Bank) mencatat tersedia 162 juta anak di dunia umur di bawah 5 tahun (balita) mengalami stunting. Bila tidak jalankan intervensi terhadap trend yang sekarang terjadi, maka diperkirakan tahun 2025 tersedia 127 juta balita stunting di dunia. Diharapkan terhadap tahun 2025 jumlah balita stunting turun jadi kurang dari 100 juta anak. Bagaimana dengan di Indonesia?

Di Indonesia angka prevalensi stunting (pendek dan terlalu pendek) terhadap balita adalah 37% dan nyaris merata di seluruh provinsi. Pemerintah Indonesia menargetkan terhadap tahun 2019 angka prevalensi balita stunting bakal turun jadi 28%. Mengapa stunting begitu mutlak , apalagi masuk dalam daftar 14 proyek prioritas Nasional di bidang kesehatan? Yuk, kami pelajari lebih jauh!

Apa sih stunting itu?

Stunting adalah keadaan di mana panjang atau tinggi tubuh anak tidak cocok dengan standard panjang atau tinggi badan anak di group umurnya. Standar tinggi anak umur 5 tahun adalah 110 cm. Anak mengalami stunting mampu karena mengalami kekurangan gizi dalam jangka panjang (kronis) atau malnutrisi, yang apalagi udah berjalan sejak janin dalam persentase ibunya.

Apa saja yang mampu memicu stunting?

1. Asupan nutrisi kurang terhadap ibu hamil, juga keadaan anemia terhadap ibu hamil

2. Asupan nutrisi yang kurang semasa bayi dan balita, juga tidak ASI eksklusif (ASI saja sampai umur 6 bulan) dan MPASI dengan nutrisi kurang.

3. Infeksi berulang. Bisa berjalan antara lain karena praktik kebersihan pribadi,seperti mencuci tangan, buruk. Juga disebabkan tidak tersedia atau kurang tersedia air bersih dan sanitasi.

Mengapa harus diwaspadai?

Stunting dalam jangka pendek mengakibatkan

1. Perkembangan otak tidak optimal.

Saat anak umur 5 tahun otak harusnya udah berkembang 90% dari ukuran dewasa normal. Bila terhadap umur di bawah 5 tahun berjalan masalah nutrisi yang antara lain dipergunakan untuk pertumbuhan otak, maka pertumbuhan otak tidak optimal.

2. Pertumbuhan massa dan komposisi tubuh tidak optimal

Ditandai dengan bayi berat lahir rendah (BBLR), yaitu kurang dari 2500 gram dan panjang badan kurang dari 48 cm.

3. Terjadi masalah metabolisme glukosa, lipid, protein hormon atau receptor atau gen.

Jangka panjang bakal mengakibatkan:

1. Kecerdasan dan prestasi studi rendah

2. Kekebalan tubuh rendah, sehingga sering sakit-sakitan

3. Kapasitas kerja rendah karena stamina/ keadaan tubuh yang buruk

4. Munculnya penyakit-penyakit kritis seperti diabetes, obesitas, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke dan disabilitas lanjut usia

Dengan demikian terhadap pada akhirnya keberadaan stunting bakal menjadikan beban negara semakin besar, sehingga kudu ditunaikan upaya intervensi yang terpadu untuk turunkan angka prevalensi balita stunting di Indonesia.

Seribu hari pertama kehidupan yang menentukan

Pertumbuhan anak yang optimal kudu jadi diusahakan jauh sebelum anak dilahirkan dari rahim ibunya. Sejak konsepsi , yaitu terjadinya pembuahan ovum oleh sperma, sampai umur kehamilan 20 minggu diperlukan protein dan zat gizi mikro untuk membangun tinggi badan potensial dan otak. Zat gizi mikro ini meliputi antara lain vitamin dan mineral seperti zat besi, magnesium, zinc, dan sebagainya.

Sesudah umur persentase 20 minggu sampai dilahirkan, pemenuhan keperluan kalori esensial untuk membangun berat badan potensial anak dan melanjutkan pertumbuhan otak.

Setelah lahir sampai anak berusia 2 tahun, anak membutuhkan zat gizi mikro dan makro yang seimbang untuk membangun tinggi dan berat badan anak yang optimal. Zat gizi makro adalah zat gizi yang diperlukan dalam jumlah besar, antara lain adalah karbohidrat, protein, dan lemak.