Diketahui bahwa keikhlasan merupakan syarat diterimanya amal ibadah. Tanpa keikhlasan, sebaik apapun seorang mukmin tidak ada nilainya di hadapan Allah subhânahû wa ta’âlâ. Kitab At-Ta’rîfât karya Ali Al-Jurjan mengatakan bahwa keikhlasan yaitu tidak mencari orang lain sebagai saksi atas perbuatanmu,kecuali Allah. Lalu apa manfaat orang yang ikhlas dan apa imbalannya ?
Definisi Ikhlas Menurut Ahli Tafsir
Dalam berbagai kesempatan penelitian ilmiah Prof. dr. M. Qurais Shihab sering memberikan gambaran keikhlasan dengan segelas air. Tidak ada apa-apa di gelas itu kecuali air murni tanpa campuran apa pun di dalamnya. Inilah yang disebut keikhlasan. Seseorang melakukan suatu perbuatan hanya karena Allah, tidak ada motivasi lain untuk mencegahnya. Tidak ada harapan untuk surga dan tidak ada keinginan untuk kesenangan hidup duniawi, semuanya demi mengabdi kepada Allah. Namun, ada kriteria tertentu dimana seseorang melakukan amalan dengan motivasi tertentu, namun tetap tergolong ikhlas.
3 Tingkatan Orang Ikhlas
Dalam bukunya Nashâihul ‘Ibâd, Syekh Muhammad Nawawi A Bantani membagi keikhlasan menjadi 3 (tiga) tingkatan (Muhammad Nawawi Al-Jawi, Nashâihul ‘Ibâd. Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa tingkatan pertama adalah tingkatan keikhlasan yang paling tinggi.
1. Ikhlas level tinggi
Artinya : “Tingkat keikhlasan yang paling tinggi adalah penyucian amal dari perhatian makhluk (manusia) yang di dalamnya tidak ada yang diinginkan dalam ibadah kecuali menjalankan perintah Allah dan mengikuti hak-hak penghambaan, bukan untuk mencari perhatian manusia, mengharap pujian, kekayaan, dan lainnya. Mungkin kita bertanya-tanya adakah hamba Allah yang demikian ? apa manfaat orang yang ikhlas bisa dirasakan juga di keikhlasan level 1 ini ?
Pada level ini, orang benar-benar tidak memiliki tujuan lain selain menaati perintah Tuhan. Dia mengerti bahwa dia adalah hamba Allah dan Allah adalah tuannya. Maka sudah selayaknya seorang hamba tunduk, taat, dan menuruti apapun yang diperintahkan oleh tuannya, tanpa mengharapkan imbalan apapun. Orang yang ikhlas beramal tidak memikirkan pahala amalnya, tidak peduli apakah Allah menempatkannya di surga atau neraka. Dia hanya ingin menyenangkan Tuhannya.
2. Ikhlas level sedang
Mengenai tingkat keikhlasan yang kedua, lebih lanjut Syekh Nawawi mengatakan: Artinya: “Taqwa tingkat kedua adalah beramal dengan nama Allah untuk diberi bagian akhirat, seperti dijauhkan dari siksa api neraka dan menetap di surga serta menikmati berbagai makanan yang enak.”
Pada tingkatan kedua ini, orang yang beramal saleh melakukan apa yang mereka lakukan atas nama Allah, namun dibalik itu mereka memiliki keinginan untuk mendapatkan pahala yang besar dari Allah atas ibadah mereka di akhirat nanti misal bersedekah atau berinfaq. Ia bersedekah dengan harapan agar di hari kiamat ia diselamatkan dari berbagai keadaan sulit, terlindung dari panas yang membakar, diringankan perhitungannya, sehingga tidak berakhir di api neraka, namun Allah sebaliknya, berkenan memasukkan ke surga, agar dapat menikmati berbagai layanan yang tiada duanya. Ibadah dengan niat dan motif seperti itu tetaplah ikhlas, hanya saja belum sepenuhnya ikhlas. Keikhlasan semacam ini berada pada tingkat kedua di bawah tingkat keikhlasan pertama. Hal ini diperbolehkan karena Allah dan Rasulullah sangat sering menganjurkan hamba-Nya dan umatnya untuk melakukan amalan-amalan tertentu guna memperoleh pahala yang besar dan kenikmatan yang luar biasa di akhirat.
3. Ikhlas level rendah
Syekh Nawawi lebih lanjut mengatakan: “Tingkat keikhlasan yang ketiga adalah beramal dengan nama Allah, agar mendapat bagian dunia, berupa makanan yang melimpah dan terhindar dari rasa sakit.” Tingkat keikhlasan yang ketiga ini merupakan tingkat keikhlasan yang paling rendah dimana orang yang beribadah dilakukan karena Allah, namun mengharapkan imbalan duniawi melalui pengabdian. Misalnya orang yang shalat Dhuha untuk menambah hartanya, aktif melaksanakan shalat malam dengan harapan mendapat kehormatan di dunia, banyak membaca istighfar agar lebih mudah memiliki anak, dll. Hal-hal seperti itu masih dianggap ikhlas karena Allah sendiri memberikan manfaat tersebut dan agama mendorong manusia untuk melakukan amalan-amalan tertentu. Hanya saja tingkat keikhlasannya paling rendah.
Bagaimana jika ada yang beribadah atau mengamalkan selain dari ketiga motif di atas? Misalnya mencari nafkah dengan harapan orang lain akan berterima kasih dan memandangnya sebagai orang yang taat, mencari informasi dengan harapan orang lain menghormatinya sebagai orang yang soleh, beramal dengan harapan mendapat suara banyak di desa, pemilihan kepala daerah atau pemilihan parlemen. Menurut Syekh Nawawi, ini adalah sikap yang memalukan dan hina.
Apa manfaat orang yang ikhlas dalam kehidupan sehari-hari ?
1. Memberikan kedamaian batin
2. Perkuat spiritualitas
3. Istiqomah dalam beramal
4. Semua perbuatan baik menjadi ibadah