Tentunya sebagai orang yang sedang belajar arsitektur, saat orang menanyakan mengenai jurusan kamu di perguruan tinggi, kamu dapat sedikit bangga. Dikenal mahal dan sulit, ia terhitung menyaksikan era depan yang cerah lewat desain arsitekturnya.
Tetapi apakah analisis orang biasa benar? Perlu diketahui bahwa regulasi mengenai dunia arsitek baru dikeluarkan pada tahun 2017.
Bagi yang sedang pertimbangkan untuk meneliti sebuah bangunan, silahkan review 5 perihal yang harus diperhatikan sebelum akan pilih sebuah bangunan.
1. Bisa gambar itu belum tentu sesuai kuliah arsitektur
Menurut kamu, apakah jika kamu punyai kemampuan melukis, orang tuamu segera menganjurkan belajar arsitektur? Hmm … sebaiknya kamu menggali lebih di dalam tipe mana yang sesuai untuk gambar tersebut.
Misalnya kamu bahagia menggambar anime, kartun dan manga, maka jika kamu pilih arsitektur, lebih-lebih barangkali tidak sesuai, karena di dalam arsitektur, lukisan yang diajarkan adalah langkah menggambar di sekeliling bangunan dengan arsitek desain interior .
Nah, kebanyakan orang tidak benar mengerti bahwa jika seseorang punyai kemampuan melukis, maka ia harus belajar arsitektur, karena menyaksikan seorang arsitek lebih menjanjikan daripada seorang arsitek atau pelukis.
Untuk menghindari takdir pilih jurusan yang salah, Anda harus mengerti apakah keahlian melukis Anda sesuai bersama dengan bidang arsitektur atau seni lainnya.
2. Belajar arsitektur bermakna kamu harus bersedia mendedikasikan hidup Anda untuk tugas ini
Orang bilang mereka kebanyakan bekerja lembur selagi belajar arsitektur, bukan? Apakah jawabannya benar? Itu tergantung pada kampus dan manajemen selagi kamu.
Padahal, kurikulum arsitektur satu semester hanya topik, jika gedung-gedung bertingkat. Oleh karena itu, seluruh mata kuliah dapat mengacu dan mengajarkan proses bangunan bertingkat tinggi.
Tapi, dapatkah kamu bayangkan berapa banyak gambar yang harus kamu proses merasa berasal dari denah, tampilan, potongan, detail, dll.? Belum kembali kamu harus menerima bahwa karyamu dimodifikasi oleh dosen, kamu harus menggambar berasal dari awal, dan tenggat selagi tetap mengikutimu.
Oleh karena itu, jika Anda terhitung orang yang miliki kebiasaan bersantai dan bahagia nongkrong di sini, maka sebaiknya berpikir dua kali sebelum akan menentukan pilih jurusan arsitektur sebagai universitas, karena Anda patut bersyukur sanggup tertidur sesuai saran kesegaran 8 jam tersebut.
3. Harus siap bersama dengan cost kuliah yang tergolong mahal
Harganya di sini mahal, bukan hanya cost tiap semester yang harus kita bayar kan? Ini terhitung terhitung cost peralatan menggambar, laptop, dan cost pencetakan gambar sebelum akan UTS dan UAS. Memiliki laptop terhitung harus punyai spesifikasi khusus yang ketat untuk mobilisasi aplikasi menggambar seperti AutoCad, SketchUp, Lumion dan kawan-kawan.
Kabar buruknya untuk belanja laptop yang sesuai bersama dengan standar aplikasi yang harus dimiliki putra arsiteknya, kita harus buat persiapan duwit lebih berasal dari Rp 5 juta. Hal lain adalah selagi mencetak gambar pekerjaan kita. Buat yang beranggapan jika cetak warna di kertas A4 itu mahal harganya hanya 1.000 rupiah, sanggup dibayangkan berapa nominal yang kita keluarkan untuk cetak warna di kertas A1, dan jumlahnya sanggup menggapai puluhan lembar. ?
Oleh karena itu, kamu terhitung harus pertimbangkan keadaan keuanganmu sebelum akan masuk perguruan tinggi, daripada menyerah di sedang jalan karena duwit Anda udah habis.
4. Kamu dapat bingung bedanya arsitek dan drafter selagi merasa masuk dunia kerja
Memiliki gelar sarjana arsitektur tidak serta merta menjadikan Anda seorang “arsitek” karena tetap harus menyelesaikan banyak tahapan, seperti mengambil jurusan, ikuti IAI (Ikatan Arsitek Indonesia), ikuti ujian, dll. Kemudian, jika kamu bekerja di perusahaan konsultan, Anda dapat memulainya bersama dengan jadi konseptor arsitek atau dikenal sebagai “drafter”.
Secara umum, drafter adalah drafter, dan tidak harus belajar arsitektur untuk lulus, tapi sekolah kejuruan lulusan jurusan teknik konstruksi terhitung sanggup jadi drafter.
Tentu saja, gaji drafter lebih rendah berasal dari gaji arsitek. Namun, dapatkah Anda menerima kenyataan bahwa penghasilan Anda adalah sarjana dan tidak jauh tidak sama bersama dengan lulusan SMK? Di sini, gagasan Anda barangkali merasa menggairahkan.
5. Rentan jadi bahan tertawaan saat bekerja tidak sesuai bersama dengan jurusan
Banyak lulusan arsitektur tidak pilih bekerja di industri konstruksi selagi mereka bekerja. Banyak faktor yang mempengaruhinya, merasa berasal dari gaji yang tidak sesuai bersama dengan beban kerja sampai kurangnya dorongan pada arsitektur sejak awal.
Namun, saat lulusan arsitek tidak jadi arsitek, orang-orang di kurang lebih mereka sering kali lebih terkejut lebih-lebih tertawa. Apalagi orang ini pilih masuk ke dunia perbankan. Faktanya, banyak lulusan psikologi atau sastra yang bekerja di bank belum meraih perhatian yang begitu tajam.
Oleh karena itu, sebelum akan pilih arsitektur sebagai jurusan Anda, Anda harus menyimak lima perihal selanjutnya ini. Tentunya konten di atas bukan untuk menghilangkan dorongan dan kepercayaan diri kamu di dalam belajar arsitektur, tapi sudah pasti kamu harus mengecek dan buat persiapan kembali hal-hal tersebut.
Yakinlah, apa pun keadaan yang kita pilih di bidang ini, jika kita punyai antusiasme dan ketekunan, Anda dapat sukses pada waktunya.