Dimodifikasi dari www.sehatnegeriku.kemkes.go.id

Beberapa minggu yang lalu, Nabika – keponakan aku – pulang sekolah dengan kondisi menangis nggak karuan, seperti habis dikejar hantu. Rupa-rupanya ia habis kena coblos oleh tenaga kesehatan yang datang ke sekolahnya untuk melakukan program imunisasi MR (Measles Rubella). Untungnya, tangis Nabika nggak bertahan lama. Setelah diiming-imingi ice cream, ia pun perlahan berhenti menangis, berubah menjadi rengekan untuk meminta ice cream yang dijanjikan. Sudahlah, yang terpenting tangisnya sudah sirna, dan aku nggak perlu khawatir gendang telinga aku pecah karena tangisannya. Hehe..

Tapi kalau dipikir-dipikir, kita semua pasti pernah berada dalam kondisi yang Nabika hadapi. Pagi-pagi datang ke sekolah dengan niat belajar, lalu tiba-tiba sekelompok orang datang dengan peralatannya yang mengerikan. Dengan mantra kamulannya, mereka berkata “Nggak sakit kok, rasanya kayak di gigit semut”. Kemudian mereka pun menjalankan aksinya dengan menusuk satu per satu lengan anak-anak yang berada di kelas. Dan kita pun hanya dapat pasrah dengan situasi yang ada. Kalian juga pernah merasakan hal itu, bukan? Rasanya menarik sekali ya jika mengilas balik kisah-kisah imunisasi di masa sekolah. 
Berbicara tentang imunisasi, belakangan ini banyak sekali media-media yang menyuarakan tentang imunisasi MR. Imunisasi ini sendiri merupakan imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit akibat virus campak dan rubella. Awalnya, aku kurang merasa tergugah dengan adanya imunisasi MR ini karena nyatanya aku pribadi jarang menemukan kasus campak atau rubella. Saya pun sempat berpikir bahwa iklan tentang rubella di TV itu hanya sebagai promosi iklan semata. Hingga akhirnya aku membaca caption dr_piprim di Instagramnya, beliau menulis “Memeriksa echo bayi usia 7 bulan dengan Sindrom Rubella Kongenital. Jantungnya bocor di 3 lokasi, matanya buta karena katarak sejak lahir, telinganya tuli berat, otaknya kecil dan gagal tumbuh pula. Prihatin sekali melihatnya. Bayi-bayi seperti ini dapat kita cegah dengan ikhtiar vaksinasi MR pada anak kelompok usia 9 bulan – 15 tahun supaya tak menularkan virus Rubella kepada ibu hamil muda di sekitarnya. Indonesia Darurat Rubella.” Tulisan itu tiba-tiba membuat aku prihatin, sekaligus menyadarkan aku bahwa ternyata ancama Rubella itu memang benar ada.

Sumber gambar www.sehatnegeriku.kemkes.go.id

Angka Kejadian Campak dan Rubella

Saya sempat mengira bahwa penyakit Rubella mungkin tidak banyak terjadi. Tapi tak disangka dalam 5 tahun terakhir, telah ditemukan 1.660 kasus yang diduga Sindrom Rubella Kongenital di 12 rumah sakit yang menjadi fokus pemantauan kasus Sindrom Rubella Kongenital. Bayangkan saja, 1.660 kasus dalam 12 rumah sakit. Berapa jumlahnya jika dihitung dalam seluruh rumah sakit yang ada di Indonesia? Saya yakin pasti akan membludak.
Tak hanya Rubella saja, campak pun ikut menjadi sorotan akhir-akhir ini. Benar saja, penyakit yang mungkin lebih bersahabat di telinga kita ini mempunyai angka kejadian yang masih cukup tinggi di negara kita. Terbukti dari tahun 2014 hingga Juli 2018, tercatat 57.056 kasus dicurigai campak dan rubella terjadi, dengan rincian 8.964 kasus positif campak dan 5.737 positif rubella. Nggak cuma itu, bahkan Badan Kesehatan Dunia, atau yang biasa kita sebut WHO, mengatakan bahwa bahwa Indonesia masuk ke dalam 10 negara dengan jumlah kasus campak terbesar di dunia pada 2015. Bukan prestasi yang harus dibanggakan harusnya. Kabar buruknya, penyakit campak dan rubella ini sebagian besar menyerang adik-adik kita yang di bawah umur. Ini harusnya menjadi alarm bagi kita supaya mampu melindungi adik-adik kita dari dua penyakit berbahaya ini.

Modifikasi dari www.sehatnegeriku.kemkes.go.id

Penjelasan tentang Campak dan Rubella

Rubella sendiri merupakan penyakit akut pada anak dan dewasa muda yang rentan dengan gejala yang tidak jelas dan juga mudah menular. Anak yang terinfeksi virus ini dapat menularkan penyakitnya kepada wanita hamil yang berada di dekatnya. Celakanya, rubella mempunyai efek teratogenik jika menginfeksi ibu hamil. Hal ini lah yang lalu dapat mengakibatkan keguguran atau kecacatan permanen pada bayi yang dilahirkan seperti tuli, gangguan penglihatan hingga buta, kelainan jantung, bahkan pengecilan otak. Penyakit yang dialami oleh bayi-bayi ini biasa disebut dengan Sindrom Rubella Kongenital, atau Congenital Rubella Syndrome (CRS). Pernah mendengarnya?

Sementara itu, sebagai pasangan imunisasi Rubella, campak juga tidak kalah membahayakan. Campak merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus campak. Penyakit ini sangat mudah menular, bahkan dapat melalui batuk atau pun bersin. Campak mempunyai gejala yang sangat khas, yakni demam tinggi dan bercak kemerahan pada kulit (rash), tak jarang disertai dengan gejala batuk, pilek, dan/atau konjungtivitis. Jika campak tidak ditangani dengan baik, penyakit ini dapat mengakibatkan komplikasi berupa paru-paru basah, mencret, radang selaput otak dan hingga kematian. Ada satu hal yang perlu kita ingat baik-baik, saat kita menemukan seseorang yang terkena campak, 90% orang yang berada didekat penderita dapat tertular jika mereka belum mempunyai kekebalan terhadap campak, yang mana kekebelan ini dapat didapatkan melalui imunisasi atau pernah terinfeksi virus campak sebelumnya.

Sumber gambar www.sehatnegeriku.kemkes.go.id

Biaya Pengobatan Campak dan Rubella

Mendengar penyakit rubella dan campak sudah sukses membuat aku prihatin. Apalagi jika harus mendengar kisah tentang tenaga dan biaya yang harus dikeluarkan para keluarga yang menderita penyakit ini, dapat-dapat aku sesak nafas. Bayangkan saja, anak dengan CRS membutuhkan biaya pengobatan lebih dari 395 juta rupiah per anak. Biaya ini diperlukan untuk penanaman koklea di telinga, operasi jantung dan mata. Dan setelah itu pun anak dengan CRS masih membutuhkan banyak biaya untuk perawatan kecacatan seumur hidupnya. Sedih banget ya. Nah dibawah ini, ada sedikit video dari ibu Yunelia dan anaknya, Nadif, yang menceritakan tentang pengalamannya menghadapi rubella.

Sumber video www.sehatnegeriku.kemkes.go.id

Selain rubella, penderita campak juga sepertinya harus turut mengelus dada. Meski pun kerugian ekonomi yang ditimbulkan tidak seburuk rubella, namun kocek yang harus dikeluarkan tetap saja banyak, terutama untuk orang-orang yang tidak mampu. Setiap penderita campak tanpa komplikasi menghabiskan biaya 2,7 juta rupiah untuk pengobatannya, dan jika penderita mengalami komplikasi radung paru atau otak maka biaya pengobatan naik hingga 13 juta rupiah. Saya pikir, ini bukan angka yang sedikit. Dan semua biaya ini pastinya di luar biaya hidup yang dibutuhkan saat penderita mendapatkan perawatan. Sehat memang harganya sangat mahal ya.
Cara Mencegah Campak Dan Rubella

Salah satu cara untuk menghindari penyakit campak dan Rubella ini merupakan dengan menghindari anak-anak yang mungkin menderita campak dan rubella, terutama untuk para ibu hamil, tapi apa mungkin? Bagaimana dengan para tenaga kesehatan yang bahkan tak dapat mengelak dengan kewajibannya untuk harus berada dekat dengan para penderita campak atau rubella? Bagaimana dengan guru-guru PAUD, TK, dan SD yang harus berinteraksi dengan anak-anak yang tanpa diketahui ternyata menderita penyakit campak dan rubella? Oleh karena itu, imunisasi menjadi satu-satunya langkah efektif yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya campak dan rubella.

Sumber gambar www.sehatnegeriku.kemkes.go.id

Kabar baiknya, kini pemerintah sedang berupaya untuk mencegah terjadinya penyakit campak dan rubella pada masyarakat dengan memberikan kekebalan tubuh melalui program imunisasi MR. Dan nggak tanggung-tanggung, imunisasi ini diberikan di 6 provinsi di Pulau Jawa dan 28 provinsi di luar Pulau Jawa. Hal ini dilakukan supaya masyarakat yang diberikan imunisasi MR merata. Jadi tunggu apalagi?


Hukum Imunisasi MR
Tapi bukannya imunisasi MR itu mengandung unsur haram? Apa boleh melakukan imunisasi yang belum halal?
Dalam kajiannya, LPPOM MUI menemukan bahwa vansin MR diproduksi dengan memanfaatkan unsur haram, karena itulah vaksin ini tidak dapat mendapatkan sertifikasi halal. Tapi masalahnya, jika imunisasi MR tidak dilakukan maka akan menyebabkan bahaya yang dapat menghilangkan nyawa atau kecacatan dalam masyarakat. Oleh karena itu, MR diperbolehkan didasari oleh tiga alasan, yakni memenuhi ketentuan dlarurat syar’iiyah, belum adanya alernatif vaksin yang halal, dan adanya keterangan ahli yang kompeten tentang bahaya yang dapat ditimbulkan. Namun, jika dilalu hari ditemukan vaksin MR yang halal dan suci maka kebolehan penggunaan vaksin MR hingga detik ini tidak akan diberlakukan lagi. Hal ini dapat diperiksa dalam Fatwa Maelis Ulama Indonesia Nomor 33 Tahun 2018 yang dapat dilihat disini.
Perlu diingat bahwa rubella merupakan penyakit yang belum ditemukan obatnya, dan hanya dapat dikendalikan lewat imunisasi. Penting sekali untuk memberikan anak-anak kita imunisasi MR, karena hal ini tidak hanya mencegah anak atau pun keluarga tertular rubella, tapi juga membantu pencegahan terhadap penularan rubella di masyarakat sekitar. Jadi, meski pun imunisasi MR memanfaatkan unsur haram dalam produksinya, kita harus tetap melakukan imunsasi untuk membantu negeri ini terlepas dari penyakit campak dan rubella.

Sumber gambar www.sehatnegeriku.kemkes.go.id

Imunisasi Lainnya Juga Penting

Tidak hanya imunisasi MR, terdapat banyak imunisasi lain juga penting dan wajib diberikan kepada anak kita. Salah satunya merupakan imunasasi dasar yang harus diberikan sejak anak lahir hingga usia 9 bulan, yang dapat didapatkan secara gratis di Puskesmas terdekat. Seperti imunisasi Hepatitis B untuk mencegah penyakit Hepatitis B, BCG untuk mencegah penyakit tuberkulosis, polio untuk mencegah penyakit polio, serta DPT untuk mencegah penyakit difteri, pertusis, dan tetanus.  Selain imunisasi dasar, kita pun dapat menambah imunisasi lain pada anak sesuai dengan keperluan, seperti imunisasi influenza, tifoid, Hepatitis A, varisela, dan lain-lain.
Tapi, imunisasi tidak hanya berlaku untuk anak-anak, kita pun yang dewasa juga sebenarnya memerlukan imunisasi sesuai dengan kondisi. Sebagai contoh, jika kita lahir dari ibu yang mempunyai riwayat keturunan kanker serviks, maka kita sebagai anak dianjurkan untuk melakukan vaksin HPV (Human Papillomavirus) untuk mencegah terjadinya kemungkinan kanker seviks pada kita. Imunisasi pada orang dewasa ini dapat kita dapatkan di klinik atau pun RS terdekat, namun dengan harga yang sudah ditentukan.

Pak Jokowi Mencanangkan Imunisasi Campak dan Rubella

Sumber video www.sehatnegeriku.kemkes.go.id

Imunisasi merupakan satu-satunya upaya pencegahan yang paling efektif dengan cost efektif. Kita tentu tidak ingin kita atau anak kita menderita dan menjadi beban keluarga di masa depannya, bukan? Oleh karena itu kita berkewajiban untuk melindungi keluarga dan masyarakat sekitar melalui imunisasi. Mari galakkan perlindungan imunisasi untuk mencapai Indonesia Sehat. Jangan lupa imunisasi, ya!

Informasi di atas dilansir dari www.sehatnegeriku.kemkes.go.id. 

Tulisan ini diikut sertakan dalam lomba Kompetisi Media Sosial oleh Kemenkes RI.

Article Source: https://articlesonhealth.net/