Inilah enam trick paling jitu dan mesti diperhatikan untuk calon mahasiswa sastra Indonesia sebelum akan masuk jurusan sastra Indonesia. Nomor enam dapat membuatmu tercengang.

Sebagai jurusan yang memadai moderat, didalam artian tidak terlalu banyak diminati, tapi termasuk tidak sepi peminat, Bahasa dan sastra indonesia tetap bisa dikatakan jurusan yang memadai abu-abu. Bagaimana tidak abu-abu, lha wong jaman depannya aja kurang jelas. Nggak hanya jaman depannya, orang-orang di jurusan sastra Indonesia termasuk kurang jelas. Saya dan lebih dari satu termasuk kerap menyebut diri sebagai sobat-sobat tidak jelas.

Bingungnya ya macam-macam, menjadi A hingga Z lah. Mulai berasal dari bingung sudi menjadi apa, kuliahnya termasuk ngapain, kehidupannya termasuk nggak tersedia maknanya, macam-macam lah pokoknya. Sudah banyak stempel-stempel negatif yang melekat pada anak-anak jurusan sastra Indonesia. Mulai berasal dari jarang mandi, hingga nggak mempunyai jaman depan.

Saya sebagai mahasiswa jurusan sastra Indonesia, udah kenyang dan udah kebal bersama dengan cap-cap negatif. Meskipun peminatnya tidak terlalu banyak, mahasiswa jurusan sastra Indonesia selalu jadi tambah tambah banyak tiap tahunnya. Setidaknya itu yang berjalan di kampus saya. Apalagi setelah pengumuman SBMPTN ini, maka sobat-sobat tidak mengerti sastra Indonesia dapat bertambah.

Oleh karena itu, aku cobalah kasi kiat-kiat sebelum akan masuk ke jurusan sastra Indonesia bagi sobat-sobat tidak mengerti yang udah di terima di jurusan sastra Indonesia. Ini bukan kiat-kiat template yang banyak beredar di sarana sosial. Kiat-kiat seperti ini dijamin tidak tersedia di sarana sosial. Lha wong mereka kasi kiat-kiat soal ipk, bergaul bersama dengan ini itu, hingga ikut organisasi ini itu. Kiat-kiat basic itu. Terlalu pasaran

Inilah enam trick yang mesti diperhatikan. Silakan disimak.

 

1. Jangan Dulu Bermimpi Menjadi Sastrawan

Ini udah menjadi ritual tahunan, bahwa kebanyakan mahasiswa baru sastra Indonesia bermimpi menjadi sastrawan. Kalau ditanya mengapa masuk sastra Indonesia, pasti jawabannya sudi menjadi sastrawan. Mungkin karena mereka tetap berpikir bahwa kuliah sastra pasti menjadi sastrawan.

Tapi membuang pernah asumsi seperti itu. Pada kenyataannya, sastrawan-sastrawan hebat malah banyak yang lahir berasal dari luar jurusan sastra Indonesia. Jangan terkecoh bersama dengan jaminan bahwa mahasiswa sastra Indonesia pasti dapat mudah untuk menjadi sastrawan. Nggak!

Jadi sastrawan berasal dari jurusan sastra Indonesia itu bebannya berat. Standar untuk tulisanmu dapat naik. Orang-orang dapat menganggap tulisanmu terlalu bagus. Tapi terkecuali ternyata tidak bagus, ya habis sudah.

 

2. Jangan Sok “Nyastra”

Ini bisa dibilang “penyakit” tiap-tiap mahasiswa baru yang masuk di jurusan sastra. Belum termasuk apa-apa udah sok nyastra. Mulai berasal dari buku bacaannya, hingga caption Instagram termasuk nyastra. Nggak tidak benar termasuk sebenarnya, tapi membuat apa gitu? Kalau sekedar membuat pembuktian ya gausah sok nyastra kayak gitu. Bikin buku aja sekalian.

Jadi mahasiswa sastra itu biasa aja. Gausah sok nyastra. Toh termasuk tetap awal, tetap belajar teori. Tata bhs termasuk tetap pengantar. Kalau sudi nyastra, membuat puisi atau cerpen aja, kirim ke koran. Lumayan bisa uang. Daripada sok nyastra hanya di caption instagram yang nggak bisa apa-apa, mending dikirim ke koran.

 

3. Mandi!

Mandi lah, tolong! Ini yang penting. Jangan ikut mengamini stereotip bahwa anak sastra itu jarang mandi, kumal, dan bau badan. Kebersihan itu penting. Masa hampir setengah mahasiswa di kelas nggak mandi? Baunya itu lo brooo…. Kasihan yang udah mandi, udah wangi. Bakal kalah serupa yang bau bau ini.

Urusan mandi ini termasuk pelik sebenarnya. Apa cobalah hubungannya anak sastra bersama dengan tidak mandi? Seakan-akan terkecuali kamu anak sastra, kamu mesti tidak mandi atau jarang mandi. Apa urusannya coba?

Justru terkecuali tidak mandi dapat menghalangi pikiranmu. Mau nulis, bingung garuk-garuk kepala. Mau baca, malah sibuk garuk-garuk punggung. Yang tersedia malah gatelen broo…

Makanya, terkecuali menjadi anak sastra itu, mandi!

 

4. Jadi Mahasiswa Sastra itu Tidak Harus Gondrong

Ini termasuk yang menjadi ciri khas, mahasiswa sastra mesti gondrong. Nggak! Kamu tidak mesti gondrong terkecuali masuk jurusan sastra. Itu hanya karena banyak yang gondrong aja menjadi identic bersama dengan anak sastra. Padahal ya nggak selalu begitu.

Banyak yang bilang terkecuali kamu belum sah menjadi mahasiswa sastra terkecuali tidak pernah gondrong. Jangan didengarkan! Itu hanya akal-akalan mereka saja. Kalau kamu sudi gondrong ya silakan, terkecuali tidak ya nggak masalah.

Meskipun aku gondrong, aku termasuk tidak mengkaitkan kegondrongan aku bersama dengan jurusan saya. Ya kalaupun aku kuliah pengetahuan politik ya selalu aku dapat gondrong. Nggak mesti mahasiswa sastra.

Tapi ya ulang lagi, sudi gondrong atau tidak, yang penting bersih, jangan kumal, jangan jorok!

 

5. Jangan Termakan Stereotip Bahwa Anak Sastra Itu Lulusnya Lama

Nggak semua anak sastra lulusnya lama! Stereotip bahwa anak sastra lulusnya lama ini termasuk banyak diamini oleh mahasiswa-mahasiswanya. Padahal terkecuali sudi jujur, sudi lulus pas sementara di sastra itu nggak terlalu susah. Ya walau mata kuliahnya tidak semudah yang dibayangkan sih.

Tapi terkecuali sudi lulus pas waktu, pasti bisa asalkan nggak males. Lha wong yang bilang terkecuali anak sastra itu lulusnya lama, pasti kerjaannya terkecuali nggak tidur di kelas, ngendog di kantin, ya hibernasi di kost. Nggak pernah kuliah, pantes lulusnya lama.

Jadi, terkecuali sudi lulus pas sementara di jurusan sastra Indonesia, pasti bisa asalkan nggak males-malesan.

 

6. Pikir-Pikir Lagi Untuk Masuk Jurusan Sastra Indonesia

Kiat yang terakhir adalah pikir-pikir ulang lah terkecuali sudi masuk jurusan sastra Indonesia. Bukan apa-apa, kuliah di sastra Indonesia itu ya gitu-gitu aja, ndak tersedia yang enak. Pusing-pusingnya serupa terkecuali kuliah hukum atau MIPA. Sama aja.

Ditambah lagi, jaman depan di sastra Indonesia termasuk tidak pasti. Jadi sastrawan berat, menjadi copywriter kalah saingan, menjadi selebtwit nggak laku. Paling ya ngelamar menjadi pegawai minimarket atau menjadi pegawai daerah wisata aja.

Jadi, pikir-pikir ulang terkecuali sudi masuk jurusan sastra Indonesia. Berhubung tetap tersedia waktu, terkecuali nggak yakin sudi masuk sastra Indonesia, mending gausah masuk aja. Ganti jurusan yang lain. Biar para pesaingnya nggak tambah banyak ke depannya. Masa depan termasuk nggak suram-suram amat. Pesaingnya dikit.